Kamis, 09 Desember 2010

Pameran Sejuta Buku Semargres, Ritual Aktualisasi Diri

Semarang, CyberNews. Antrean panjang terlihat di arena Pameran Sejuta Buku, di Gedung Admiral Jalan Ki Mangunsarkoro 38, Kamis (9/12). Pameran yang digelar hingga 15 Desember mendatang ini memamerkan buku terbitan lebih dari 200 penerbit. Mulai dari buku umum, sastra, kitab suci hingga buku pelajaran.

Diantara hiruk pikuk aktifitas manusia yang berdesing, pameran buku itu layaknya oase di gurun pasir yang gersang. Pameran buku menawarkan sebuah tamasya intelektual yang mendinginkan pikiran. Pengunjung diajak untuk mengunjungi stan-stan dengan berbagai tajuk buku. Memindai satu persatu stan dan meneliti setiap judul buku yang diminati. Nampaknya, apa yang diharapkan Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Semarang dan Three G Prod Yogyakarta sebagai penyelenggara kegiatan sesuai dengan realita.

Begitu dibuka oleh Wali Kota Semarang Soemarmo HS, ratusan pengunjung langsung memadati belasan stan. Diskon yang dihamburkan penerbit hingga 87% mengandung daya magnetik luar biasa. Cindy (22), misalnya, pemilik "stephanie a book online" mengaku, rutin memanfaatkan pameran untuk menambah koleksi toko bukunya di dunia maya. Pasalnya, dia tidak lagi repot-repot mendatangi penerbit dan itu berarti bisa menghemat ongkos. "Kalau datang langsung ke penerbit pembelian harus dalam jumlah banyak, apalagi rata-rata penerbit berasal dari luar Semarang, seperti Yogyakarta dan Jakarta. Boros di ongkos," katanya.

Koleksi buku yang ia buru tidak terbatas, dari yang 'best seller' hingga buku terbitan lama juga ia displai di toko onlinenya. Menurutnya, di manapun dan mau diadakan berapa kali dalam setahun pameran buku selalu dipadati pengunjung. Sebab event yang memuaskan hasrat pecandu buku ini mampu meleburkan batas-batas sosial. Semua berdesakan, bersentuhan, berebutan satu sama lain untuk satu buku, dua buku tiga buku atau bahkan untuk banyak buku.

Mereka menanggalkan status sosial, latar belakang pendidikan, latar belakang agama, kendaraan yang mereka pakai, merek sepatu yang mereka pakai, parfum, baju, apapun yang menempel dalam diri mereka. Dalam momen ini hanya buku yang menjadi status sosial mereka. Pamer judul buku yang mereka beli menjadi sebuah ritual dalam setiap pameran buku untuk mempertontonkan status sosial mereka. Karena itu, pameran buku ini kemudian telah menjadi bagian ritual budaya masyarakat untuk memenuhi hasrat aktualisasi diri.

Kepala Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Semarang Bimbong Yogatama SH mengatakan, dalam rangka mendukung Semarang Great Sale (Semargres) Pameran Sejuta Buku ini bertujuan mendekatkan buku kepada semua lapisan masyarakat dengan memberikan harga murah dan diskon gede-gedean. Mengambil tema Berkorban Untuk Tanah Air, Kobarkan Jiwa Membaca, pameran itu sekaligus memperingati HUT Kota Semarang dan Hari Pahlawan.

( Hartatik / CN14/Suara Merdeka )