Sabtu, 11 Desember 2010

Kaos Dan Batik Semarangan Naik Daun


MAU cari buah tangan atau cinderamata khas Semarang? datang saja ke Simpanglima. Tapi jangan salah. tujuan anda bukanlah ke mal. melainkan deretan kios-kios pedagang kaki lima (PKL).

Benar. Sekitar 60 PKL kini berbaris rapi siap menyambut masyarakat baik dari luar kota maupun dalam kota. Mau cari apa? Dari pakaian, barang kerajinan semacam gelang dan wayang-wayangan, kuliner, sampai jasa tato lengkap tersedia.

Bisa dikatakan kawasan Simpanglima adalah Malioboro-nya Semarang. Meski skalanya lebih kecil namun mereka punya kelebihan. Yakni tak mengenal jam tutup alias buka 24 jam!

Salah satu PKL yang ramai dikunjungi adalah Semarang Kaos milik Amir (30). Di kios berukuran 2 x 6 meter itu, Amir menyediakan kaos, hem, daster dan celana berbahan batik. Bukan sembarang batik karena motifnya adalah segala hal berbau Semarang seperti Tugu Muda, Lawang Sewu atau ikon fiktif Wayang Mbeling.

"Sudah satu setengah tahun jualan baju khas Semarang ini, ternyata lumayan, banyak warga luar kota yang membelinya untuk oleh-oleh kerabat di rumah," kata warga Purwogondo, Semarang Utara itu.

Unik dan Khas

Percaya tidak percaya, Amir mengaku dalam sehari semalam ia dapat meraup omzet rata-rata Rp 1 juta. Hal ini karena Selain menjual secara eceran, ia juga melayani pembelian grosir. Banyak pedagang dari Semarang, luar kota bahkan luar Jawa yang kulakan di tempatnya.

Dagangan Amir laris karena motifnya unik dan khas sehingga tidak ditemui di tempat lain. "Saya mendesain sendiri, tapi produksinya kami lempar ke pengrajin batik di Pekalongan," kata pria dua anak ini.

Harganya pun sangat terjangkau. Untuk kaos yang berbahan tipis ia jual Rp 25 ribu, sedangkan yang bahannya bagus dibanderol Rp 65 ribu. Untuk hem berkualitas bagus ia tawarkan Rp 80ribu.

Trend berbusana batik yang sedang naik daun, turut menambah laris jualan Amir. Apalagi, Semarang sedang gencar-gencarnya berpromosi melalui Semarang Great Sale, untuk meningkatkan wisatawan yang berkunjung.

"Dulu mungkin hanya orang-orang tua yang pakai batik tapi sekarang anak muda sudah banyak yang suka. Banyak mahasiswa dan pelajar setelah jalan-jalan ke mall, mampir sini dan akhirnya membeli," tuturnya.

Selain busana, Amir juga memiliki satu kios cinderamata. Semarang Cell, yang dijaga istrinya, Niken, itu menjual aksesoris pria dan wanita, kacamata dan pernak-pernik telepon seluler.

( Anton Sudibyo / CN26/Suara Merdeka )