Kamis, 23 Desember 2010

Buat Komunikasi Lebih Menggigit

MEMBUAT iklan yang berhasil harus kreatif dan menarik. Dogma tersebut memang benar, apalagi untuk event yang baru pertama kali digelar seperti Semarang Great Sale (Semargres). Area Head PT Bakrie Telkom Semarang Wicaksono Adhimenilai, momen yang dibidik Semargres sudah bagus.

Promosi yang dilakukan bahkan gencar dilakukan sejak tiga bulan sebelumnya. Hanya saja komunikasi yang dilakukan selama ini sifatnya masih sebatas pengumuman atau hanya satu arah.

"Desember ada Semargres, so what? Manfaatnya buat saya apa? Alangkah baik misalnya, jangan belanja sekarang tunggu bulan depan. Jangan habiskan duitnya sekarang, tunggu Desember," ujar pria asli Semarang ini.

Dia berharap sosialisasi ke pelaku usaha lebih gencar, agar partisipan yang ikut serta bisa lebih dari sekarang. Belajar dari pelaksanaan great sale di negeri tetangga seperti Singapura, pria kelahiran 25 September 1975 ini menyarankan, agar
ada benefit konkrit yang bisa dirasakan masyarakat atas event tersebut.

Dia menyebutkan, dari pelaksanaan Singapore Great Sale pengunjung dari luar negeri dimanjakan dengan program pengembalian pajak. Yakni mereka berhak mengklaim pajak barang dan jasa yang dibayarkan ketika membeli produk. Cukup menunjukkan bukti pembelian (struke), pajak barang dan jasa dapat langsung dikembalikan kepada konsumen.

Tersebar

Tempat-tempat pengembalian pajak ini bisa tersebar di bandara, terminal ataupun pelabuhan. "Semua orang yang kembali ke
kota asalnya dari Semarang, misalnya bisa menukarkan struke tersebut dengan uang sejumlah pajak yang dikenakan saat pembelian. Jadi tidak dipotong langsung di outletnya, tapi ketika saya balik ke kota asal, uang saya kembali. Ini bukan masalah bisa atau tidak, kuncinya hanya mau atau tidak," katanya.

Meski begitu, ia menilai Semargres merupakan awal yang bagus untuk menggairahkan berbagai sektor usaha di Semarang. Pasalnya, karakteristik konsumen di Semarang terbilang unik. Tipikal mereka lebih terorientasi pada harga (price oriented).

Ada barang yang dijual murah, belum tentu mereka akan langsung membeli. Masih ada parameter-parameter tertentu yang menggiring mereka untuk eksekusi ya beli. "Dengar ada barang murah bagus itu baru 50 persen pengaruhnya, begitu sampai di tempat dia lihat barangnya dipahami betul kelebihannya, dicoba baru eksekusi," tandasnya.

Didukung promosi yang datang dari relasi atau teman yang telah mencoba, benar-benar efektif terasa. Karena itu dengan promo hape murah, misalnya, ia berharap bisa menaikkan persepsi value for money. Dengan harga serendah mungkin, bisa mendapatkan sekian fasilitas.

"Itu yang ingin kami tekankan dari promo hape Esia Connect Langsung Kring yang hanya dijual seharga Rp 99 ribu dengan syarat untuk pembelian hape kedua. Hal ini menjadi starategi bagi Esia untuk lebihcustomize," imbuhnya.

( Hartatik / CN26/Suara Merdeka )