Kamis, 09 Desember 2010

Dina Yudhari Keberhasilan "Semargres" Belum Bisa Dilihat

Program "Semarang Great Sale" tak urung membuat sibuk kalangan pekerja hotel. Salah seorang di antaranya adalah Dina Yudhari, public releations manager Hotel Grand Candi Semarang. CyberNews mewawancarainya di sela kesibukan dia, Selasa (7/12). Berikut nukilannya.

Seberapa pentingkah acara "Semargres" bagi Anda?

Menurut saya "Semarang Great Sale" ini sangat penting dan perlu. Pada awalnya memang hanya sebagai brand awareness, jadi sementara ini bisa menjadi semacam trial and error bagi Pemerintah Kota Semarang, khususnya untuk program promosi.

Soal berhasil atau tidak, kayaknya orang belum bisa melihat secepat ini. Yang penting untuk Semargres ini orang harus tahu dulu. Jadi saat ini sementara masyarakat masih melihat-lihat dulu apa sih Semargres itu? Misalnya kalau tahun depan masih akan diadakan lagi, saya kira orang jadi sudah paham, sudah kenal dulu, O, itu toh Semarang Great Sale. Kan Semargres ini baru pertama kali diadakan di Semarang?

Bagi Grand Candi sendiri, apa urgensinya?

Sebenarnya dalam kaitan Semargres ini, Hotel Grand Candi lebih mengacu dengan apa yang sudah dilakukan Asita, asosiasi biro-biro perjalanan, di mana pihaknya memiliki program city tour gratis bagi tamu yang menginap di hotel-hotel, terutama tamu yang menginap di Grand Candi.

Caranya?

Para tamu diajak berkeliling ke tempat-tempat wisata secara gratis misalnya ke tempat-tempat wisata bersejarah seperti Gereja Blenduk, Lawangsewu, atau Kelenteng Sam Poo Kong. Ini cukup menarik dan membuat surprise mereka, terutama tamu yang dari luar kota. Dan pendapat mereka, ternyata di Semarang banyak tempat-tempat bersejarah seperti itu. Jadi mereka sangat antusias karena selama ini Semarang hanya mereka kenal sebagai kota bisnis.

Apa bentuk diskon yang dilakukan Grand Candi?

Ya, di Grand Candi tetap ikut memeriahkan Semargres dengan pemberlakukan diskon untuk delux room yang ada sekitar 145 kamar. Kami diskon sampai 60 persen dari harga normal Rp 575 ribu menjadi Rp 425 ribu. Ini saya rasa cukup signifikan, mengingat biasanya pada akhir tahun ketika peak season, semua harga naik, kami malah memberi diskon sebesar itu.

Bagaimana cara melihat tingkat hunian hotel?

Sebenarnya tipikal tamu akhir tahun ini sudah bisa diduga, yakni tamu dengan tujuan liburan. Kami bisa mengklasifikasi tipikal tamu itu dari tanggal hunian, kalau setelah tanggal 20 Desember, adalah tipikal tamu liburan, tapi kalau sebelum itu adalah tamu bisnis. Pada akhir tahun semua hotel biasanya akan penuh, tingkat huniannya tinggi, apalagi Natal dan Tahun Baru.

Di luar "Semargres", ada program lain untuk menarik tamu?

Ya, kami menyesuaikan dengan tema hotel kami, yakni "art gallery", maka kami mengangkat potensi lokal khas Semarang. Yakni kami adakan acara Pasar Senggol yang tujuannya untuk mengangkat potensi lokal tradisional yang ada di Jawa.

Kapan itu diselenggarakan?

Acara "Pasar Senggol" sudah berlangsung 4 kali, dan akan sampai yang ke-5, yakni tanggal 19 Desember nanti. Kami selenggarakan sejak bulan Juli dan selalu dipenuhi pengunjung, penuh, dan meriah. Lantas mereka tanya kapan akan diselenggarakan lagi.

Bagaimana sambutan masyarakat?

Wah, acara ini cukup mengesankan para tamu hotel dan juga tamu dari luar hotel. Pada setiap bulannya kami memakai tema berbeda-beda, seperti tema dolanan anak dari permainan egrang, theklek atau kuliner, makanan tradisional seperti jajan pasar, kerajinan batik, atau kesenian ketoprak. Khusus untuk makanan khas kami angkat potensi dari UMKM binaan pemerintah seperti tape Kreo dan ketela merah. Pokoknya semua potensi lokal.

( Bambang Isti / CN25 /Suara Merdeka)