Sebuah rumah yang awalnya hanya sekedar digunakan untuk nongkrong dan ngumpul sembari menunggu panggilan kerja, siapa menyangka kini disulap menjadi posko kreativitas yang bisa meraup keuntungan. Rumah yang sering digunakan ini beralamat di Jalan Duku 3 nomor 61 A, di RT 04, RW 05, Kelurahan Lamper Kidul, Kecamatan Semarang Selatan. Ide kreatif sejumlah anak muda itu muncul untuk memproduksi kaos lukis Semarangan.
Dialah Rendra Catur Pardita (23) dan Bayu Prastyo (22). Kedua pemuda ini telah menemukan bakat terpendamnya, yakni melukis pada media kaos sehingga terciptalah kaos lukis Semarangan. Ide dan inspirasi lukisan pada kaos mereka muncul setelah melihat gambar yang ada di majalah pemerintah kota (Pemkot) Semarang yang setiap bulan diberikan secara gratis kepada ketua RT di wilayah tersebut.
Untuk membuat kaos ini, Rendra dan Bayu dibantu Sismaini, yang juga sebagai ketua RT 04 di wilayah tersebut. Sismaini membantu membelikan kaos polos secara eceran dan lusinan berbagai warna untuk diberikan kepada mereka untuk dilukis. Keinginan Sismaini membantu terdorong rasa prihatin, melihat teman-temannya yang sementara ini hanya menganggur saja dan tidak produktif. Alhasil, ternyata lukisan yang dibuat Rendra dan Bayu sangat bagus, dan direspon oleh masyarakat. Sejak itulah mereka mencoba membuat kaos lebih banyak lagi, menjadi belasan yang awalnya hanya beberapa potong saja.
Agar gambar pada kaos tidak luntur, Rendra dan Bayu melukis dengan cat warna khusus dengan merek Acrylic untuk pewarna tekstil. Sedang untuk ide gambarnya, Bayu dan Rendra mecoba mengambil ke-khas-an Semarang, seperti Tugu Muda, Lawangsewu, Tari Gambang Semarang dan Warag Ngendog serta Candi Tugu. Bahkan, kaos yang bergambar tarian Gambang Semarang ini menarik pengunjung dari Kalimantan yang dibeli khusus untuk soevenir ketika berkunjung ke Semarang.
Jika dibandingkan dengan kaos khas daerah lainnya seperti Dagadu (Jogja) atau Joger (Bali), kaos Semarangan memiliki pembedanya. Kalau kaos khas di daerah lainnya diproduksi dengan gambar yang sama, maka kaos Semarangan ini meskipun warna kaosnya sama dan ukurannya sama tetapi warna dan seni huruf untuk setiap tulisan di kaos, tentu berbeda. Hal ini karena disesuaikan dari pelukis masing-masing.
Rendra mengatakan sedikit menemui kesulitan memproduksi kaos Semarangan, yakni saat pemesan menentukan sendiri gambar yang dipilih untuk digambar di kaosnya. Sehingga sebelum melukis banyak detail yang harus diperhatikan, misal banyak atau tidaknya lekukan gambar tersebut. "Seperti saat menggambar semar. Biasanya dalam satu hari kami bisa membuat belasan kaos, namun untuk menyelesaikan satu kaos Semar ini, kami butuh waktu setengah jam sampai satu jam," katanya, disela-sela melukis kaos Semarangan, Kamis (9/12).
Rendra menambahkan, satu kaos dijual mulai dari harga Rp 25 ribu sampai Rp 50 ribu. Selama event Semarang Great Sale (Semargres) 2010 satu bulan ini, dia dan teman-temannya juga mendukung acara tersebut dengan memberikan potongan harga kaos Semarangan sebesar Rp 10 ribu per potongnya. Selain itu, Rendra dan Bayu juga menggambar kaos Semarangan khusus untuk acara Semargres, bergambar Warag Ngendog, hewan yang menjadi maskot Kota Semarang. Kaos ini juga telah dipamerkan untuk acara Semargres mewakili Kecamatan Semarang Selatan, di Citra Line pada tanggal 1-7 Desember yang lalu.
Kelompok mereka juga akan demo membuat kaos Semarangan untuk menyambut tamu dari Provinsi Aceh hari Minggu, (12/12) mendatang yang bertempat di Balai Kelurahan Lamper Tengah. Selain mengikuti berbagai pameran dengan membuka stan, Rendra dan Bayu juga telah berprestasi meraih juara dalam dua lomba souvenir yang diadakan Pemkot Semarang. Lomba ini diadakan bulan Oktober 2010 lalu dan diikuti oleh 10 kelurahan di Kota Semarang.