EKONOMI & BISNIS
16 Nopember 2010
Bisnis Ritel di Semarang Tertinggal
Dibanding Yogya dan Solo
SEMARANG - Ketua DPD Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia) Jateng-DIY Handoyo R Setyadi menilai, pengelolaan pusat perbelanjaan (mall) di Kota Semarang belum tergarap maksimal.
Padahal kini kecenderungannya, mall tidak lagi sekedar pusat perbelanjaan saja tapi sudah menjadi wisata hiburan bagi masyarakat. ’’Perkembangan pusat perbelanjaan di Kota Semarang masih jauh tertinggal dibanding dengan Bandung dan Yogyakarta,’’ ujar General Manager Mall Paragon City Semarang.
Menurut Handoyo, sekitar 1992 usaha ritel sudah tumbuh dengan baik di Yogyakarta. Salah satunya, Matahari Dept Store saat itu sudah berdiri di kota pelajar tersebut. Kemudian disusul dengan berdirinya Carrefour. Tidak dipungkiri, banyak investor yang kuatir menanamkan modalnya dengan membangun mall karena dunia usaha ritel Semarang jauh tertinggal dengan Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Surabaya.
Bersaing Kendati demikian, ia menilai perkembangan dunia perbelanjaan di Semarang sangat positif. Karena itu, ia berharap Semarang bisa dikembangkan dari sisi pusat perbelanjaan. Melalui event-event yang bisa menarik kunjungan konsumen dari luar kota. Seperti event Semarang Great Sale.
’’Tantangan kita bagaimana mall di Semarang bisa bersaing, yakni harus membuat masyarakat dari Yogyakarta dan sekitarnya mau datang ke Semarang,’’ imbuhnya.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jateng Heru Isnawan menambahkan, untuk menarik wisatawan agar mau datang ke Semarang semestinya kemudahan akses transportasi lebih ditingkatkan. Ia memisalkan, ketersediaan traffic direct flight dari dan ke luar negeri masih minim.
Saat ini yang tersedia hanya Semarang-Singapura (PP), dengan jumlah kunjungan masih didominasi keberangkatan ke Singapura. Sebaliknya, wisatawan dari Singapura yang akan berkunjung ke Semarang jauh lebih sedikit. Hal ini tentu menjadi keprihatinan bersama, dimana Semarang sudah terkenal akan miskin event. (J9-44)